BAB II
DASAR
TEORI
TIGA
DOMAIN KAJIAN FILSAFAT ILMU
1.
ONTOLOGI
Ontology merupakan salah
satu di antara lapangan penyelidikam kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula
alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan dibidang ontologi.
Dalam
persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dan segala yang ada ini?
Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang Pertama,
kenyataan yang berupa materi (Kebenaran) dan yang kedua, kenyataan yang berupa
rohani (Kejiwaan).
Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin
ada. Hakikat adalah realitas, realita dalah ke-real-an, Rill artinya kenyataan
yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu , bukan
kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang
berubah.
Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu
berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First
Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda-benda.
Kata
ontology berasal dari perkataan Yunani: On = Being, Logos = Logic. Jadi
Ontologi adalah The theory of beung qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).
Louis
O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari
ultimate reality dan menceritakan bahwa diantara contoh pemikiran ontologi
adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate
substance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja
yaitu air.
Noeng
Muhadir dalam bukunya Filsaar Ilmu mengatakan, Ontologi membahas tentang yang
asa yang universal, menampilkn pemikiran semesta universal.
Menurut
Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar
Ilmu dan Perspektif mengatakan, Ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Dari
beberapa pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Menrut
bahasa , ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos =
Ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut
istilah, ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Didalam
pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok peikiran sebagai
berikut:
a.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat
yang asal dari seliuruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainya. Istikah
monoisme oleh Thomas Davidson disbut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi menjadi 2 aliran
·
Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi
bukan rohani. Aliran ini juga sering disebut dengan naturalism ,menurutnya
bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satu nya fakta.
·
Idealisme
Aliran idealism yang dinamakan juga dengan spiritualisme.
Idealism berarti serba cinta sedangkan spiritualisme berarti serba ruh.
Idealism diambil dari
kata “idea” yaitu sesuatu yanga hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma).
Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada jelmaan ruhani.
b.
Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda
dan ruh, jaded dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh juga bukan
muncul dari benda.
Tokoh paham ini adalag
Descrates (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia
menamakan dua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (Keadaan). Descrates meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula
ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang sebenarnya tidak
mungkin diragukan. Dia meragukan badanya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin
karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan juga pada pengalaman dengan
ruh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Dalam empat keadaan tersebutu
seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Descrates ia menyatakan bahwa ada satu yang tidak dapat diragukan
yaitu, saya sedang ragu. Menurutnya bahwa “saya sedang ragu” berarti memang
benar-benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku sedang ragu ini disebabkan oleh aku berpokir. Kalau begitu
aku berpikir pasti ada dan benar. Jika
berpikir itu ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cogito Ergo Sum,
aku berpikir jadi aku ada. Paham ini kemudian terkenal dengan rasionalisme,
yaitu paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
dalam memperoleh pengetahuan, dan mengetes pengetahuan.
Umumnya manusia tidak
akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism , karena setiap
kenyatan lahir dapat segera dtangkap oleh pancaindra kita, sedangkan kenyataan
batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
c.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan yang mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
Pluralism dalam
Dictionary of Philosophy and Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan
bahwa kenyataan ala mini tersusun atas banyak unsure, lebih ari satu atau dua
entitas. Tokoh alira ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles
yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur,
yaitu tanah, air, api dan udara.
Tokoh modern ini adalah Wiliam James ( 1842-1910 M ), kelahiran
New York dan terkenal sebagai seorang psikologi dan filosof Amerika. Dalam
bukunya The Meaning of Truth , James mengemukakan bahwa , tiada kebenaran yang
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal.
Sebab penglaman kita
berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman
dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
Oleh karena itu, tada
kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran yaitu apa yang benar
dalam pengalaman-pengalam khusus yang setiap kali dapat diubah oleh
pengalaman-pengalama berikutnya.
Dunia bukanlah suatu
Universum melainkan Multiversum . dunia adalah sesuatu yang terdiri dari banyak
hal yang beranea ragam atau pluralis.
d.
Nihilisme
Nihilism berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau
tidak ada. Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya
Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 dii Rusia. Dalam novel itu
Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima
ide nihilisme.
Doktrin tentang nihilism sebenarnya sudah ada sejak zaman
Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3
proposisi tentang realitas.
Pertama
tidak ada sesuatu pun yang eksis
Kedua
bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat
diketahui
Ketiga
, sekalipun realitas itu dapat diketahui, ia
tidak akan dapat diberitahukan keparada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M),
dilahirkan dari keluarga pendeta.
Dalam pandanganya bahwa
“Allah sudah mati”, Allah kristiani dengan segala perintah dan laranganya sudah
tidak merupakan rintangan lagi. Dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas
manusia. Maka, dengan sendirinya manusia modern akan terancam nihilism, yang
menyebabkan nilai-nilai kristiani akan
lenyap.
e.
Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupa manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi ataupun rohani.
Kata Agnotisisme berasal
dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya not dan Gno artinya
know.
Timbulnya aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan yang bersifat transenden.
Menurut Martin Heidegger
(1889-1976 M), seorang filosof Jerman, mengatakan satu-satunya yang ada itu
ialah Manusia.
Sedangkan pemahaman
lainya oleh, Jean Paul Sartre (1905-1980 M) seorang filosof dan sastrawan
Perancis yang ateis sangat teroengaruh dengan pikiran ateisnya, yang mengatakan
bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan etre (ada)
melainka a etre (akan atau sedang).
Karl Jaspers (1833-1969
M) menyangkal adanya sesuatu kenyataan yang transenden. Yang mungkin itu
hanyalah manusia berusaha mengatasi dirinya sendiri dengan mmbawakan dirinya
yang belum sadar kepada kesadara yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar