Sabtu, 19 Desember 2015

HAKIKAT KEMATIAN

HAKIKAT KEMATIAN

Adanya kematian itu adalah bukti keadilan Allah terhadap hambanya. secara rasional dapat dinyatakan bahwa manusia hanyalah makhluk belaka yang pasti berakhir dengan kerusakan dan kematian. Jika kita takut akan kematian maka seharusnya kita juga harus takut akan hidup, kematian pasti akan menghampiri setiap yang hidup baik anda maupun saya insya Allah. Sekiranya orang-orang terdahulu tidak mati, niscaya eksistensi manusia tidak akan kita alami seperti sekarang ini. Sekiranya manusia kekal tidak mati, niscaya orang-orang yang mendahului ada dan masih kekal juga sampai sekarang, tapi buktinya orang-orang terdekat anda secara berangsur-angsur meninggalkan anda menuju kematian hingga andapun akan menyusul mereka pada masanya. Kita tidak harus takut, karena itu sudah ketentuan Allah yang wajib akan terjadi pada setiap yang hidup.
Takut mati yang merupakan penyakit jiwa itu dapat terjadi karena sebab-sebab sbb:
1.  Tidak mengetahui hakikat kematian
2.  Tidak mengetahui kesudahan jiwa
3.  Tidak mengetahui kekekalan jiwa
4.  Mempunyai sangkaan bahwa kematian itu merupakan sakit yang amat berat, melebihi pedihnya sakit yang mendahuluinya.
5.  Adanya kebingungan, karena tidak tahu apa yang akan dialaminya setelah mati.
6.  Karena adanya rasa berat untuk bercerai dengan yang disenanginya yaitu keluarga, anak, harta benda dan kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya.

Ketakutan akan mati tersebut di atas harus diatasi dengan rasa sbb:
1.  Kita harus mengetahui bahwa mati itu hakikatnya tidak lebih daripada jiwa yang menghentikan penggunaan alatnya, yaitu anggota-anggota yang disebut badan. Jiwa adalah subtansi bukan jasmani, bukan eksedensi dan tidak mengalami rusak. Jiwa berbeda dengan badan dari segala seginya. Jika jiwa terpisah dengan badan, maka jiwa itu kekal, terlepas dari kekacauan materi dan memperoleh kebahagiaan sempurna.
2.  Kita harus mengetahui bahwa mati itu ada dua macam yaitu mati iradhi dan mati alami. Mati Iradhi adalah mematikan keinginan-keinginan dan meninggalkan usaha memenuhi tuntutan-tuntutannya, sedangkan mati alami adalah terpisahnya jiwa dari badan. Mati alami adalah hal yang memang telah direncanakan Allah, menjadi kesudahan setiap makhluk hidup. Bagi manusia, mati adalah jalan untuk membebaskan jiwa dari perbudakan badan, untuk selanjutnya menduduki posisi yang amat tinggi.
3.  Kita harus mengetahui bahwa mati adalah peristiwa badaniah yang menjadi jalan pelepasan jiwa dan penghormatan bagi jiwa. Pelepasan ini bukan pelepasan kemusnahan, tetapi pelepasan kekekalan. dengan demikian dengan matinya badan berarti jiwa kembali ke tempatnya yang suci, bertemu dengan ruh-ruh yang lainnya. Dengan demikian seharusnya kita merasa senang dengan kematian badan itu, karena berarti dia pindah ke tempat yang lebih tinggi daripada dunia yang fana ini. Orang yang selalu menginginkan agar jiwanya jangan sampai berpisah dengan badannya akan merasa takut mati dan akan merasakan kesengsaraan jiwa, karena ia tidak ingin jiwanya menempati tempat kediamannya yang alami, terlepas dari badan naik ke alam arwah.
4.  Kita harus mengetahui bahwa rasa sakit itu hanya berada pada orang hidup dan orang hidup itulah yang menerima bekas jiwa yang ada pada badannya. Badan yang tidak bernyawa lagi, tidak mempunyai rasa sakit dan tidak mempunyai rasa apapun. Mati yang berarti terpisahnya jiwa dari badan tidak mempunyai rasa sakit sedikitpun; sebab badan mempunyai rasa sakit oleh karena pengaruh adanya jiwa padanya.
5.  Kita yang merasa takut mati karena takut akan tertimpa hukuman setelah mati harus menyadari bahwa yang ditakuti itu sebenarnya bukan matinya akan tetapi siksaannya yang mungkin diderita setelah mati. Oleh karenanya yang penting adalah bagaimana cara hidup berhati-hati, tidak ringan dalam bermaksiat, banyak beramal untuk mendekatkan diri pada Allah Ta'ala. Perbuatan dosa terjadi karena kerendahan jiwa, kalau jiwa kita rendah tentunya akhlak dan budi pekerti kita juga rendah. Dengan meningkatkan kesadaran, jiwa akan memiliki keutamaan-keutamaan yang insya Allah akan membawa kebahagiaan jiwa.
6.  Pengalaman manusia setelah mati patut ditakuti. Persiapan-persiapan untuk memperoleh kebahagiaan setelah mati dilakukan dengan jalan memberi iman kepada jiwa dan mengisinya dengan pengetahuan yang benar. Dengan demikian kita akan mengetahui jalan mencapai kebahagiaan, jika kita tahu jalan memperoleh kebahagiaan, jiwa kita akan tenang dan penuh keyakinan tidak akan mengalami kesengsaraan setelah mati.
7.  Kita tidak boleh kuatir akan berpisah dengan kelurga, anak, suami/istri, harta benda dan kenikmatan duniawi yang mengelilingi kita, sebab semuanya itu tidak akan kekal, pada suatu ketika pasti akan ditinggalkan juga. Mengapa harus disusahkan semua yang dicintai di dunia ini, karena semua itu pastilah akan ditinggalkan juga. Merasa berat berpisah dengan demikian itu tidak beralasan sama sekali, bahkan jika diperturutkan akan mengakibatkan kesengsaraan jiwa semasa masih hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar