HAKIKAT KEMATIAN
Adanya kematian itu adalah bukti keadilan Allah terhadap hambanya.
secara rasional dapat dinyatakan bahwa manusia hanyalah makhluk belaka
yang pasti berakhir dengan kerusakan dan kematian. Jika kita takut akan
kematian maka seharusnya kita juga harus takut akan hidup, kematian
pasti akan menghampiri setiap yang hidup baik anda maupun saya insya
Allah. Sekiranya orang-orang terdahulu tidak mati, niscaya eksistensi
manusia tidak akan kita alami seperti sekarang ini. Sekiranya manusia
kekal tidak mati, niscaya orang-orang yang mendahului ada dan masih
kekal juga sampai sekarang, tapi buktinya orang-orang terdekat anda
secara berangsur-angsur meninggalkan anda menuju kematian hingga andapun
akan menyusul mereka pada masanya. Kita tidak harus takut, karena itu
sudah ketentuan Allah yang wajib akan terjadi pada setiap yang hidup.
Takut mati yang merupakan penyakit jiwa itu dapat terjadi karena sebab-sebab sbb:
1. Tidak mengetahui hakikat kematian
2. Tidak mengetahui kesudahan jiwa
3. Tidak mengetahui kekekalan jiwa
4. Mempunyai sangkaan bahwa kematian itu merupakan sakit yang amat berat, melebihi pedihnya sakit yang mendahuluinya.
5. Adanya kebingungan, karena tidak tahu apa yang akan dialaminya setelah mati.
6. Karena adanya rasa berat untuk bercerai dengan yang disenanginya
yaitu keluarga, anak, harta benda dan kenikmatan-kenikmatan duniawi
lainnya.
Ketakutan akan mati tersebut di atas harus diatasi dengan rasa sbb:
1. Kita harus mengetahui bahwa mati itu hakikatnya tidak lebih daripada
jiwa yang menghentikan penggunaan alatnya, yaitu anggota-anggota yang
disebut badan. Jiwa adalah subtansi bukan jasmani, bukan eksedensi dan
tidak mengalami rusak. Jiwa berbeda dengan badan dari segala seginya.
Jika jiwa terpisah dengan badan, maka jiwa itu kekal, terlepas dari
kekacauan materi dan memperoleh kebahagiaan sempurna.
2. Kita harus mengetahui bahwa mati itu ada dua macam yaitu mati iradhi dan mati alami. Mati Iradhi
adalah mematikan keinginan-keinginan dan meninggalkan usaha memenuhi
tuntutan-tuntutannya, sedangkan mati alami adalah terpisahnya jiwa dari
badan. Mati alami adalah hal yang memang telah direncanakan Allah,
menjadi kesudahan setiap makhluk hidup. Bagi manusia, mati adalah jalan
untuk membebaskan jiwa dari perbudakan badan, untuk selanjutnya
menduduki posisi yang amat tinggi.
3. Kita harus mengetahui bahwa mati adalah peristiwa badaniah yang
menjadi jalan pelepasan jiwa dan penghormatan bagi jiwa. Pelepasan ini
bukan pelepasan kemusnahan, tetapi pelepasan kekekalan. dengan demikian
dengan matinya badan berarti jiwa kembali ke tempatnya yang suci,
bertemu dengan ruh-ruh yang lainnya. Dengan demikian seharusnya kita
merasa senang dengan kematian badan itu, karena berarti dia pindah ke
tempat yang lebih tinggi daripada dunia yang fana ini. Orang yang selalu
menginginkan agar jiwanya jangan sampai berpisah dengan badannya akan
merasa takut mati dan akan merasakan kesengsaraan jiwa, karena ia tidak
ingin jiwanya menempati tempat kediamannya yang alami, terlepas dari
badan naik ke alam arwah.
4. Kita harus mengetahui bahwa rasa sakit itu hanya berada pada orang
hidup dan orang hidup itulah yang menerima bekas jiwa yang ada pada
badannya. Badan yang tidak bernyawa lagi, tidak mempunyai rasa sakit dan
tidak mempunyai rasa apapun. Mati yang berarti terpisahnya jiwa dari
badan tidak mempunyai rasa sakit sedikitpun; sebab badan mempunyai rasa
sakit oleh karena pengaruh adanya jiwa padanya.
5. Kita yang merasa takut mati karena takut akan tertimpa hukuman
setelah mati harus menyadari bahwa yang ditakuti itu sebenarnya bukan
matinya akan tetapi siksaannya yang mungkin diderita setelah mati. Oleh
karenanya yang penting adalah bagaimana cara hidup berhati-hati, tidak
ringan dalam bermaksiat, banyak beramal untuk mendekatkan diri pada
Allah Ta'ala. Perbuatan dosa terjadi karena kerendahan jiwa, kalau jiwa
kita rendah tentunya akhlak dan budi pekerti kita juga rendah. Dengan
meningkatkan kesadaran, jiwa akan memiliki keutamaan-keutamaan yang
insya Allah akan membawa kebahagiaan jiwa.
6. Pengalaman manusia setelah mati patut ditakuti. Persiapan-persiapan
untuk memperoleh kebahagiaan setelah mati dilakukan dengan jalan memberi
iman kepada jiwa dan mengisinya dengan pengetahuan yang benar. Dengan
demikian kita akan mengetahui jalan mencapai kebahagiaan, jika kita tahu
jalan memperoleh kebahagiaan, jiwa kita akan tenang dan penuh keyakinan
tidak akan mengalami kesengsaraan setelah mati.
7. Kita tidak boleh kuatir akan berpisah dengan kelurga, anak,
suami/istri, harta benda dan kenikmatan duniawi yang mengelilingi kita,
sebab semuanya itu tidak akan kekal, pada suatu ketika pasti akan
ditinggalkan juga. Mengapa harus disusahkan semua yang dicintai di dunia
ini, karena semua itu pastilah akan ditinggalkan juga. Merasa berat
berpisah dengan demikian itu tidak beralasan sama sekali, bahkan jika
diperturutkan akan mengakibatkan kesengsaraan jiwa semasa masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar