Sabtu, 19 Desember 2015

Hakikat alam menurut pandangan Filosof-filosof Barat

Filsafat Tentang Hakikat Alam


A.    Filsafat Tentang Hakikat Alam
Apakah Alam itu qadim (azali), ataukah muhdats (diciptakan dari ketiadaan)? Bagaimanakah alam diciptakan? Dari apakah alam diciptakan ?semuanya itu merupakan problema pokok yang dibahas para ulama ahli kalam. Kaum filosof berpegang pada pendapat yang mereka warisi dari orang Yunani: bahwa Alam adalah qadim (Azali). Ini dengan tegas dinyatakan Aristoteles, dan kurang tegas dinyatakan oleh Plato dan Plotinus. Menurut Plato, Alam memang qadim, tetapi Tuhanlah yang mengaturnya.[1]
Berbicara tentang hakikat alam ada beberapa argumen, salah satu diantaranya adalah argumen kosmologis. Argumen ini disebut juga argumen sebab-musabab, yang timbul dari paham bahwa alam adalah bersifat ( mumkin-contingent ) dan bukan bersifat wajib (wajib-necessary) dalam wujudnya. Dengan lain kata karena alam adalah alam yang dijadikan, maka mesti ada zat yang menjadikannya.
Argumen kosmologis ini adalah argumen yang tua sekali seperti halnya dengan argumen ontologis. Kalau argumen ontologis berasal dari Plato, maka argumen kosmologis berasal dari Aristoteles ( 384-322 SM ), murid Plato.[2]

Hakikat alam menurut pandangan Filosof-filosof Barat :
  1. Menurut Isaac Newton (1725 M).
Dari temuannya yang terkenal ”Mechanistic determinisme” atau hukum mekanik. Dengan ditemukannya hukum mekanik ini oleh Newton, maka tersibaklah rahasia kerja alam sehingga campur tangan Tuhan terhadap alam seperti yang dijelaskan oleh agama dipandang tidak begitu penting lagi.



2. Menurut Laplace, merupakan pengikut kuat Newton (Abad 18).
Menurutnya peran Tuhan dalam teori penciptaan hanya sebagai hipotesa, bahkan hipotesa yang tidak diperlukan lagi karena telah dapat dijelaskan secara sempurna oleh hukum mekanik tentang bagaimana cara bekerja alam semesta.

3. Menurut Paham Deisme.
Bahwa setelah penciptaannya oleh Tuhan, alam telah lepas tangan. Ia tidak lagi mencampuri urusan ciptaan-Nya. Tak ubahnya seperti jam tangan yang telah lepas dari hubungan pembuatnya. Sebuah teori yang dikenal dengan ”clock maker theory”. Paham Deisme ini timbul pada abad 17 dan berasal dari Falsafat Newton (1642-1727) yang mengatakan Tuhan hanya pencipta alam dan jika ada kerusakan baru alam perlu pada Tuhan untuk memperbaiki kerusakan yang timbul itu. Dengan Demikian orang melihat bahwa perlunya Tuhan bagi alam menjadi kecil.

4. Menurut para pendukung  Paham Naturalisme.
Alam telah dipandang independen dari campur tangan Ilahi dan telah mencapai otonominya yang telah maksimal, bahkan kerap dipandang telah menciptakan dirinya (self generation)dan beroperasi dengan sendirinya (self operating).[3]

5. Menurut ajaran Neo-Platonisme.
Mengatakan bahwa alam terjadi dari wujud yang pertama secara otomatis (dharurah) tanpa kehendak. Neo-Platonisme berpandangan jika setiap wujud sampai pada kesempurnaan akan melahirkan (beremanasi).
Karena itu, wujud yang sempurna selalu beremanasi, yakni menimbulkan hal yang kekal, dari segi wujud lebih rendah darinya sedangkan dari segi keluasaan lebih besar. Prinsip emanasi inilah yang kemudian diambil oleh Al-Farabi dan Ibnu Sina, sehingga terbentuk suatu prinsip bahwa alam adalah qadim karena berasal dari yang qadim (Tuhan ).[4]

6. Menurut Paham Panteisme.
Pan berarti seluruh. Panteisme dengan demikian mengandung arti seluruhnya ada dalam keseluruhannya ialah Tuhan dan Tuhan ialah semua yang ada dalam keseluruhannya. Benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indra adalah bagian dari Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar