A.
Karakteristik
dan Tingkatan Nilai
Ada beberapa
karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai, yaitu :
1.
Nilai objektif atau subjektif
Nilai
itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai;
sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya
tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan
apakah ini bersifat psikis atau fisik.
2.
Nilai absolut atau berubah
Suatu
nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah
berlaku sejak masa lampau, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan
ras, maupun kelas sosial. Di pihak lain, ada yang beranggapan bahwa semua nilai
relatif sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.
Terdapat
beberapa pandangan yang berkaitan dengan tingkatan atau hierarki nilai :
1. Kaum
Idealis
Mereka
berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana nilai spiritual
lebih tinggi dari pada nilai non spiritual (niai material).
2. Kaum
Realis
Mereka
menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas, sebab membantu
manusia menemukan realitas objektif, hukum-hukum alam, dan aturan berfikir
logis.
3. Kaum
Pragmatis
Menurut
mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya, apabila memuaskan
kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai instrumental. Mereka sangat sensitif
terhadap nilai-nilai yang menghargai masyarakat.
D.
Jenis Nilai
Aksiologi
sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2, yaitu:
a. Etika dan Pendidikan
a. Etika dan Pendidikan
·
Etika
Etika
berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah
lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyebutkan dengan moral,
berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori
tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang
memuat dasar untuk berbuat susila. Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang
membicarakan perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik,
etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
·
Filsafat Pendidikan Islam dan Etika Pendidikan
Antara
ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral tidak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan
keberanian moral. Sangat sulit membayangkan perkembangan iptek tanpa adanya
kendali dari nilai-nilai etika agama. Untuk itulah kemudian ada rumusan
pendekatan konseptual yang dapat dipergunakan sebagai jalan pemecahannya, yakni
dengan menggunakan pendekatan etik-moral, dimana setiap persoalan pendidikan
Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut sertakan kepentingan
masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik serta
masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya
menciptakan suatu kepribadian yang mantap dan dinamis, mandiri dan kreatif.
Tidak hanya pada siswa melainkan pada seluruh komponen yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan Islam. Terwujudnya kondisi mental-moral dan spritual
religius menjadi target arah pengembangan sistem pendidikan Islam. Oleh sebab
itu, berdasarkan pada pendekatan etik moral-pendidikan Islam harus berbentuk
proses pengarahan perkembangan kehidupan dan keberagamaan pada peserta didik ke
arah idealitas kehidupan Islami, dengan tetap memperhatikan dan memperlakukan
peserta didik sesuai dengan potensi dasar yang dimiliki serta latar belakang
sosio budaya masing-masing.
b. Estetika dan
Pendidikan
·
Estetika
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
·
Filsafat Pendidikan Islam dan Estetika
Pendidikan
Adapun yang mendasari hubungan antara
filsafat pendidikan Islam dan estetika pendidikan adalah lebih menitik beratkan
kepada “predikat” keindahan yang diberikan pada hasil seni. Dalam dunia
pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada
tiga interpretasi tentang hakikat seni:
1. Seni
sebagai penembusan terhadap realitas, selain pengalaman.
2. Seni
sebagai alat kesenangan.
3. Seni
sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.
Namun,
dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan penting dalam
proses pengembangan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan
estetis-moral, dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari
perspektif yang mengikut sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu
siswa, guru, pemerintah, pendidik serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan
Islam diorientasikan pada upaya menciptakan suatu kepribadian yang kreatif,
berseni (sesuai dengan Islam).
E. Hakikat dan Makna Nilai
Hakikat dan
makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat
kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan
berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta,
memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung
proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Mengenai
makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai mempunyai beberapa macam makna.
Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam. Rumusan yang bisa
penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu harus
mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah),
mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat
menyebabkan orang mengambil sikap “menyetujui” atau mempunyai sifat nilai
tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang
diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar