ppt filsafat hidup
https://drive.google.com/file/d/0B9__lO1KXPcIRzB4Q05DRTNNUXc/view?usp=sharing
Senin, 19 Oktober 2015
ppt sejarah filsafat kritisisme imanuel kant
ppt sejarah filsafat kritisisme imanuel kant
https://drive.google.com/file/d/0B9__lO1KXPcIdDkzcUE2Y1B5cGc/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/0B9__lO1KXPcIdDkzcUE2Y1B5cGc/view?usp=sharing
penutup filsafat hidup
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat Hidup, makna filsafat sesungguhnya adalah berpikir. Artinya apabila anda sedang
berpikir itu artinya anda sedang berfilsafat. Jadi, kesimpulannya substansi
filsafat adalah “Berpikir”. Sedangkan hidup adalah waktu dimana
manusia bernyawa, tumbuh, dan berkembang. Dan setiap orang yang hidup pasti
mempunyai kehidupan dan setiap kehidupan pasti ada masalah, dan setiap manusia
melewati masalah pasti ada pengalaman, setiap pengalaman maka ada hikmah yang
diambil, dan setiap hikmah yang diambil pasti ada pendewasaan.
Manfaat mengetahui filsafat hidup diantaranya adalah membangun diri sendiri dengan
berpikir lebih mendalam dan memberi isi kepada hidup kita sendiri, memberikan kebiasaan dan kepandaian
untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari, memberikan pandangan yang luas
membendung egoisme dan egosentrisme, memberikan dasar-daar baik untuk hidup diri sendiri maupun
untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Filsafat
hidup Rasulullah, Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya
dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat
memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan
dirinya bermanfaat bagi orang lain.
3.2 Saran
Sebagai makhluk hidup sudah selayaknya kita memiliki
filsafat hidup, dan penting bagi kita untuk mengetahui tentang manfaat dari
filsafat hidup itu sendiri. Dan kita juga harus mempelajari atau mengetahui
tentang filsafat hidup Rasulullah, agar kita dapat menteladani segala sesuatu
yang dikerjakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet:
pembahasan filsafat hidup
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Hidup
Makna filsafat sesungguhnya adalah berpikir. Artinya
apabila anda sedang berpikir itu artinya anda sedang berfilsafat. Jadi, apapun
yang orang keluarkan dan itu melalui proses berpikir maka itulah filsafat.
Kesimpulannya substansi filsafat adalah “Berpikir”. Sedangkan hidup
adalah waktu dimana manusia bernyawa, tumbuh, dan berkembang. Dan setiap orang
yang hidup pasti mempunyai kehidupan dan setiap kehidupan pasti ada masalah,
dan setiap manusia melewati masalah pasti ada pengalaman, setiap pengalaman
maka ada hikmah yang diambil, dan setiap hikmah yang diambil pasti ada
pendewasaan.
Jadi,
subtansi dari kehidupan adalah “Kedewasaan”. Dan apabila anda menanyakan
tentang Filsafat kehidupan maka jawabannya adalah “Berpikir Dewasa” atau
dibalik “Kedewasaan Berpikir”. Dari dua kalimat itu walaupun sama hanya
dibalik, tetapi memiliki makna yang berbeda “Berpikir dewasa” dan “Kedewasaan
berpikir”
Pertama, Berpikir Dewasa. Berpikir
dewasa adalah subtansi dari filsafat kehidupan, tetapi ini terfokus pada
kehidupannya (Kedewasaan). Sebab orang yang dewasa dalam hidupnya, yaitu orang
yang dapat mengambil hikmah dari setiap masalah yang ia hadapi dalam hidupnya.
Berpikir
dewasa, yaitu rasionalitas. Pengertian rasionalitas sendiri adalah
singkronisasi antara akal dan realitas. Artinya orang yang dewasa itu, ia akan
menerima sesuatu atau mengeluarkan sesuatu. Bukan hanya karena sesuatu itu
masuk akal, tetapi juga sesuai dengan kenyataan. Artinya pemikiran dan
kenyataan hidup sesuai, bukan malah bertolak belakang antara teori dengan realitas,
ucapan dan tindakan selaras, sehingga tidak membingungkan dan dapat diterima
sebagai suatu kebenaran, bukan suatu bentuk kesalahan yang menyesatkan,
sehingga ucapan-ucapannya tidak menipu dan selalu membawa kebaikan bagi orang
banyak. Orang pun akan mudah mengerti setiap ucapan dan nasihatnya, karena itu
seseorang yang menggunakan rasionalitas dia bukan hanya bicara saja tetapi dia
juga mempraktekkan dalam kehidupannya.
Berpikir
rasionalitas sangat berguna bagi seorang manusia yang sedang mencari solusi dari
sebuah masalah, sehingga orang tersebut akan menemukan lebih banyak lagi
pelajaran dan hikmah dari masalah-masalah yang ia hadapi. Dan mereka dijamin
tidak akan seperti Keledai yang jatuh lebih dari satu kali di dalam lubang yang
sama. Berpikir dewasa selalu menempatkan diri pada solusi permasalahan, bukan
selalu mempermasalahkan masalah.
Orang yang
dewasa dalam hidupnya ketika sebuah masalah menghantam dirinya, dia akan
berpikir sekuat tenaga untuk mencari solusi permasalahan tersebut. Bukan malah
emosi sehingga yang dilakukan adalah mempermasalahkan masalah. Akibatnya
masalah tidak selesai, tetapi malah memunculkan masalah baru, dan masalah baru
tersebut pun tidak selesai, tetapi malah memunculkan masalah baru lagi, dan
masalah yang baru itu, yang ia hadapi pun tidak selesai, tetapi malah
memunculkan masalah yang lebih baru lagi, dan itu terus-menerus berlangsung
hingga masalah menjadi besar dan kompleks.
Ketika masalah
tersebut besar dan membingungkan, dan dirinya pun telah lelah karena masalahnya
tidak selesai-selesai. Barulah ia berpikir untuk mencari solusi dari masalah
tersebut, tetapi itu sudah terlambat dan tidak banyak berpengaruh karena dia
bingung harus mulai dari mana untuk menyelesaikan masalah-masalah yang banyak
dan kompleks tersebut. Itulah kondisi yang terjadi kalau kita selalu
mempermasalahkan masalah, masalah yang kecil awalnya dan dapat diselesaikan
dengan mudah menjadi masalah yang kompleks dan besar. Ketika masalah kecil
tersebut dipermasalahkan (diperbesar) maka untuk menyelesaikannya pun sangat
sulit dan memusingkan, malah kadang-kadang hanya waktu yang bisa menjadi
solusi.
Contoh kecil
yang dapat menggambarkan orang yang mempermasalahkan masalah, misalnya dalam
sebuah rapat kantor atau organisasi. Kebetulan rapat itu berlangsung pada malam
hari, ketika rapat sedang berlangsung tiba-tiba lampu di ruang rapat mati. Ada
perbedaan tindakan antara orang yang selalu mempermasalahkan masalah dengan
orang yang selalu mencari solusi permasalahan, tindakan yang akan dilakukan
orang yang selalu mempermasalahkan masalah adalah, ia akan menggebrak meja
sambil berkata. “Gimana sih panitia masa
rapat sepenting ini lampunya mati apakah panitia tidak punya persiapan yang
matang untuk menghindari hal-hal sepele seperti ini. Dasar panitia gak becus
nggak profesional tidak berpengalaman, goblok. Gara-gara kalian pembicaraan
penting malam ini bisa tertunda dan tidak bisa selesai malam ini, sedangkan
kita tidak punya waktu lagi. Kalau rencana kita gagal kalian lah yang harus
bertanggung jawab!.“
Sedangkan orang
yang selalu menempatkan dirinya pada solusi permasalahan akan melakukan tindak
yang berbeda. Tindakan yang akan dilakukan, yaitu ia akan menanyakan kepada
panitia apa hal yang menjadi penyebab lampunya mati? Kalau lampunya putus maka
ia akan menganjurkan pada panitia untuk membeli lampu baru, kalau penyebabnya
dari aliran listrik maka ia akan menganjurkan untuk memperbaiki sikringnya atau
menyalakan generator sehingga lampunya dapat cepat menyala kembali. Atau ia
akan berinisiatif menggunakan lilin, lampu minyak atau senter, yang penting di
ruangan tersebut dapat dipergunakan cahaya untuk membaca berkas-berkas yang
akan dibacakan sehingga dalam waktu singkat masalah dapat diselesaikan tanpa
harus memunculkan masalah baru yang lebih kompleks dan rumit seperti yang
dilakukan orang yang mempermasalahkan masalah.
Kedua, Kedewasaan Berpikir. Kedewasaan
berpikir ini terfokus pada pembentukan pola pikir yang dewasa, dan kedewasaan
berpikir ini terdiri dari beberapa point penting. Point yang pertama adalah
subjektivitas. Subjektivitas adalah suatu bentuk kesalahan dalam kedewasaan
berpikir. Pengertian subjektivitas sendiri adalah menyimpulkan suatu kebenaran
nyata hanya dari satu sisi saja. Kesalahan subjektivitas bukan pada subtansi
masalahnya, tapi pada sudut pandang melihat masalah tersebut, sehingga
informasi yang di dapatkan dan dikeluarkan hanya terbatas pada satu sisi
tertentu.
Kesalahan yang
sering terjadi akibat subjektivitas adalah, ketika informasi yang terbatas itu
diyakini sebagai sebuah kebenaran, dan apabila ada kebenaran yang lain dari
sudut pandang yang berbeda sering ditentang bahkan disalahkan oleh orang yang
menggunakan informasi yang subjektive tersebut, sehingga terjadilah
benturan-benturan atau konflik-konflik antara dua belah pihak yang sama-sama
meyakini bahwa informasi merekalah yang paling benar. Padahal konflik-konflik
tersebut tidaklah perlu terjadi kalau mereka melihat sesuatu tersebut secara
objektive.
Karena yang
sebenarnya terjadi adalah dua-duanya sama benar hanya sudut pandangnya berbeda.
Karena itu dua sudut pandang inilah yang harus kita pahami dan kita jelaskan
sesuatu tersebut secara objektive. Ada contoh kecil yang sering digunakan untuk
memahami objektivitas, yaitu ketika kita melihat angka 6 dari sudut pandang
yang berbeda. Coba menggambar angka 6 di atas tanah, dan posisi angka ini
berhadap-hadapan antara A dan B. Kalau A melihat angka ini dari sudut kanan,
maka A akan menjawab ini angka 6. Akan tetapi, berbeda angka ini kalau dilihat
dari sudut B, angka yang muncul adalah 9. Sekarang saya bertanya antara A
dan B penjelasannya mana yang benar?
Jawabannya,
kedua-duanya adalah benar dan tidak ada yang salah. Coba perhatikan baik-baik
kalau kita melihat di luar sana, banyak orang yang menyibukkan dirinya hanya
untuk mempermasalahkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Menurut
A angka ini adalah 6 dan itu suatu kebenaran yang nyata di mata A. Dan menurut
B angka ini adalah 9 dan itu merupakan suatu kebenaran yang nyata di mata B.
Walaupun A mengeluarkan berbagai alasan untuk menyalahkan B angka yang B lihat
tetaplah 9, tidak mungkin menjadi 6 begitu pun sebaliknya. Tetapi kebenaran
mereka adalah kebenaran subjektive yang hanya dilihat dari satu sisi saja,
sedangkan kebenaran objektive seperti apa?
Kebenaran
objektive adalah kebenaran yang dilihat dari samping (antara A dan B) atau dari
dua sisi tersebut?! Oh… kalau dari kanan ini angka 6 dan kalau di lihat dari
kiri ini menjadi angka 9, itulah sebenarnya kebenaran objektive yang harus menjadi
landasan berpikir seorang manusia yang memiliki kedewasaan berpikir.
Filsafat
yang objektive sangatlah berguna bagi proses pendewasaan berfilsafat. Baik dalam memahami sesuatu yang mikro ataupun
memahami sesuatu yang makro. Karena kehidupan ini harus di pahami dari banyak
sisi, tidak bisa kita menyimpulkan suatu kebenaran hanya dari satu sisi saja.
Tetapi perlu banyak pemahaman hingga kita dapat mengetahui peta permasalahan
yang terjadi dari hal yang sifatnya pribadi hingga hal-hal yang sifatnya umum dan
universal.
2.2 Manfaat
Mengetahui Filsafat Hidup
Berdasarkan
hakekat dari pandangan hidup atau filsafat hidup maka ada beberapa manfaat
mengetahui pandangan hidup, yaitu:
1.
Pandangan
hidup atau filsafat hidup menolong mendidik,membangun diri sendiri dengan
berpikir lebih mendalam dan memberi isi kepada hidup kita sendiri.
2.
Pandangan
hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3.
Pandangan
hidup memberikan pandangan yang luas membendung egoisme dan egosentrisme.
4.
Pandangan
hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri maupun untuk kepentingan
ilmu-ilmu pengetahuan.
Dengan
memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut diatas maka orang yang
memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, padanya terdapat ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik
keindahan alam lingkungan, keindahan seni budaya, maupun keindahan harmoni
keindahan yang aman tentram dan damai.
b. Tanggap dan menaruh empati maupun
simpati terhadap penderitaan orang lain, karena itu ia tidak akan melakukan
perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung tinggi rasa keadilan,
bahkan berani mempertaruhkan hidupnya demi memperjuangkan keadilan.
2.3 Filsafat Hidup Rasulullah
Marilah
kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan pengertian taqwa
yang sebenar-benarnya dan seluas-luasnya, yakni melaksanakan segala perintah
Allah SWT, dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya. Seorang muslim yang sejati adalah
apabila ia telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola dalam hidupnya.
Kita ikuti sikap dan tindak-tanduknya, demikian pula filsafat hidupnya harus diteladani.
Bagaimana
filsafat hidup Rasulullah? Filsafat hidup adalah hal yang abstrak, yakni
bagaimana seseorang memandang suatu persoalan hidup, cara memecahkan atau
menyelesaikannya. Ada beberapa filsafat
hidup yang dianut oleh manusia:
1. Pertama:
Dalam hidup ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
2. Kedua:
Dalam hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke
Timur, ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, suapaya selamat
dan mendapatkan
apa yang diinginkan.
3. Ketiga:
Dalam hidup ini yang penting "GUE SENENG" masa bodoh dengan urusan
orang lain.
4. Keempat
: Dalam hidup ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.
Sebagai
muslim sudah selayaknya kita berfilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah
SAW.
Filsafat
hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
1.
Pertama : Rasulullah pernah ditanya oleh
seorang sahabat. "Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik
itu? Rasulullah menjawab:
Yang
artinya: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang
lain".
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat. Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi
filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi
kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam
rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak
dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan
sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri.
Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar
mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau
tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya. Oleh karena itu dalam menjalankan
kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan
tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan
Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian
maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya
Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah
ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal
itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang
yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang
namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an saja,
tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat
Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang
berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas
bekerja.
2.
Kedua: Rasul pernah ditanya, wahai
Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang
artinya : "Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang
dan banyak amal kebajikannya". Sudah
barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat
akan merasa kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-buruknya
manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya
sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu,
bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini
memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya.
Adapun
resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah : Secara lahiriyah, kita semua
sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta
menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara
spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:
1.
Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan
sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim,
fakir miskin maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir
atau bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
2.
Kedua: Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan
dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang
dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara
para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60
tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya
menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah
umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang
bertambah.
3.
Ketiga: Rasul pernah ditanya, orang yang
paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang
artinya : "Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih
baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau
kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos
kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut
adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang
ketiga adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup".
Pernyataan
Rasul yang kedua :
Yang
artinya: "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari
kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi".
Jika
amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan
juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara
orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot?
Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu,
giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan
selanjutnya :
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah". Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah". Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4.
Keempat: Rasul pernah ditanya :
"Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik itu bagaimana? Rasul
menjawab : "Suami yang paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya
selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah
bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati
dan menghargai isterinya.
Sebab
ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan
isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami
yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak
baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang
mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan.
Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum
Beliau wafat. Beliau sempat berpesan: "Aku titipkan nasib kaum wanita
kepadamu". Diulangnya tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba
lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan
sang isteri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang
dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang isteri.
Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
5.
Kelima: Rasul pernah ditanya, "Wahai
Rasulullah! Orang yang benar itu yang bagaimana? Rasul menjawab,"Apabila
dia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar. Oleh
karena itu para filosof mengatakan, "Orang yang benar adalah bukan orang
yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang
sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur
melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah
itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal
setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan
yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling
itu lebih baik dari pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang
taat beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi
setelah bertaubat menjadi orang yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang
yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang
baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang
artinya: "Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini
penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, pasti akan terima oleh Allah".
6. Keenam:
Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang
artinya : "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang
artinya : "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah
melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261) Tidak ada orang yang suka sedekah,
kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan
minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan
suka sedekah.
7. Ketujuh:
Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu orang
yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan
shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat,
"Apakah orang itu punya keluarga?" Sahabat menjawab, "Punya Ya
Rasul". Kata Rasul : "Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!.
Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari
nafkah. Sampai Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya
mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
Langganan:
Postingan (Atom)